Kamis, 03 November 2016

MAKALAH TEATER KETOPRAK

A.    Latar Belakang
Ketoprak (bahasa Jawa: kethoprak) adalah sejenis seni pentas drama tradisional yang diyakini berasal dari Surakarta dan berkembang pesat di Yogyakarta,[1] oleh karena itu kesenian ini sering disebut sebagai Ketoprak Mataram.
Pada awal mulanya, ketoprak menggunakan iringan lesung (tempat menumbuk padi) yang dipukul secara berirama sebagai pembuka, iringan saat pergantian adegan, dan penutup pertunjukan sehingga terkenal disebut sebagai Ketoprak Lesung. Dalam perkembangannya, Ketoprak kemudian menggunakan iringan gamelan jawa, dan penggarapan cerita maupun iringan yang lebih rumit.
Tema cerita dalam sebuah pertunjukan ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa, meski juga ada cerita fiksi. Banyak pula diambil cerita dari atau berseting luar negeri (yang terkenal adalah cerita sampek engtay). Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari repertoar cerita epos (wiracarita): Ramayana dan Mahabharata.



Ketoprak yang sering dipentaskan tentu berbeda dengan pementasan lainnya. Ketoprak tidak sama dengan ludruk, tidak sama dengan drama bahasa jawa, dan juga berbeda dengan pementasan teater. Ada banyak pandangan mengenai pengertian mengenai ketoprak. Tetapi pada intinya pandangan-pandangan tersebut mengacu pada pengertian yang sama.
Ketoprak adalah sebuah bentuk teater yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan. Pelaku-pelakunya terdiri dari pria dan wanita. Sedangkan pertunjukannya diiringi dengan gamelan. Gerak laku pemain cenderung realistik walaupun pada awal perkembangannya ada sedikit unsur tari didalamnya. Ada kalanya peranan pria halus dilakukan oleh pemain wanita, tetapi sebaliknya pada masa lalu para pemain pria memerankan peran wanita (Bandem, 1996:30)
Tulisan Kuswadji Kawindrasusanta dalam kertas kerjanya yang disampaikan pada Lokakarya Ketoprak Tahap I tanggal 7 sampai 9 Februari 1974 di Yogyakarta, yang menyatakan bahwa kata Ketoprak berasal dari nama sebuah alat, ialah tiprak. Kata tiprak ini bermula dari prak. Sebab bunyi tiprak adalah prak, prak, prak. (Sudyarsana, 1989:23)
Serat Pustaka Raja Purwa jilid II tulisan pujangga R.Ng. Ranggawarsita, diterbitkan Kolfbunning tahun 1923 halaman 9-10 menyebutkan:
.....tetabuhan ingkang nama kethoprak tegesipun kothekan.
Dalam buku itu pun, pada bagian Sri Tumurun diceritakan, Sri bersedia turun ke dunia apabila disambut dengan prak ketiprak tanpa gending (Sudyarsana, 1989:23)
Demikian pengertian ketoprak berbeda-beda. Dengan pengertian tersebut, ketoprak dapat membedakan dirinya dengan pertunjukan-pertunjukan lain. Didalam ketoprak terdapat pemeranan dan juga pernaskahan. Pemeranan menunjuk lakon yang akan bermain dalam ketoprak. Bagaimana mereka memerankan ketoprak tersebut. Apakah menjiwai atau tidak. Kemudian pernaskahan biasanya digarap oleh skenografer. Naskah ini dapat juga digarap oleh sutradara tetapi lebih baik digarap oleh skenografer. Sehingga sutradara dapat fokus terhadap pekerjaannya menyutradarai ketoprak dan menyeleksi para pemeran atau lakon ketoprak.
Ketoprak adalah satu dari puluhan kesenian tradisional yang masih dapat bertahan hingga sekarang. Kesenian ini lahir sekitar tahun 1920 di Solo, namun mencapai puncaknya di Jogja pada sekitar tahun 1950an.
Semula ketoprak merupakan hiburan rakyat yang diciptakan oleh seseorang di luar kerajaan. Mereka menyiapkan panggung dan berlagak menjadi raja, pejuang, pangeran, putri, dan siapa pun yang mereka inginkan. Pada perkembangannya, hiburan ketoprak juga diminati oleh anggota kerajaan, dan di setiap penampilannya selalu ada pelawak yang membuat ketoprak terasa semakin hidup.
Kesenian yang dalam penyajian atau pementasannya menggunakan bahasa Jawa ini memiliki cerita yang beragam dan menarik. Mirip dengan teater, pertunjukan ini diisi dengan dialog-dialog yang membawa penonton merasakan atmosfir “dunia” Jawa pada masa Raja-Raja berkuasa.
Ceritanya diambil dari mana saja, baik dari sejarah tanah Jawa hingga cerita-cerita fantasi. Penampilannya juga selalu disertai tembang-tembang Jawa yang disisipkan di beberapa bagian cerita, sehingga dapat juga dibilang ketoprak di satu pihak mirip dengan operet. Kostum dan dandanannya menyesuaikan dengan adegan atau lakon.
Pada awalnya, ketoprak menggunakan iringan suara lesung dan alu yang biasa digunakan sebagai alat penumbuk padi. Alat-alat ini menimbulkan suara: prak, prak, prak, yang merupakan asal dari kata ketoprak. Namun saat ini jalan cerita ketoprak diiringi oleh irama gamelan dan keprak yang tak henti. Dan ini sangat menarik dinikmati, terutama apabila memang pertunjukan ketoprak yang disuguhkan meng`ngkat cerita humor yang dapat mengundang tawa.

C.     Jenis-jenis Ketoprak
Beberapa jenis ketoprak antara lain :
1.      Ketoprak Lesung
Sesuai dengan namanya, alat musik yang dipergunakan dalam Ketoprak ini terdiri dari lesung, kendang, terbang dan seruling. Ceritera yang dibawakan adalah kisah-kisah rakyat yang berkisar pada kehidupan di pademangan - pademangan, ketika para demang membicarakan masalah penanggulangan hama yang sedang melanda desa mereka atau ceritera-ceritera tentang Pak Tani dan Mbok Tani dalam mengolah sawah mereka

Oleh karena itu kostum yang dipakaipun seperti keadaan mereka sehari hari sebagai penduduk pedesaan, ditambah dengan sedikit make up yang bersifat realis.
Untuk mementaskan Ketoprak Lesung dibutuhkan pendukung sebanyak ± 22 orang, yaitu 15 orang untuk pemain (pria dan wanita) dan 7 orang sebagai pemusik. Dalam pertunjukan ini tidak dikenal adanya vokalis khusus atau waranggana. Vokal untuk mengiringi musik dilakukan bersama-sama baik oleh pemusik maupun pemain.
Pertunjukan Ketoprak Lesung ini menggunakan pentas berupa arena dengan desain lantai yang berbentuk lingkaran. Sampai sekarang Ketoprak Lesung yang ada masih mempertahankan alat penerangan berupa obor, tetapi ada juga pertunjukan Ketoprak Lesung yang menggunakan lampu.
Salah satu perbedaan Ketoprak Lesung dengan Ketoprak Gamelan adalah adanya unsur tari. Pada waktu masuk atau keluar panggung atau kegiatan lain pemain Ketoprak Lesung melakukannya dengan tarian yang bersifat improvisasi.
Lama pertunjukan Ketoprak Lesung ini tergantung pada kebutuhan. Bila diminta bermain semalam suntuk maupun setengah malam pemain ketoprak ini akan menyesuaikan diri dengan mengambil lakon yang tepat untuk itu, akan tetapi dengan catatan bahwa pertunjukan hanya dilakukan pada malam hari.

2.      Ketoprak Gamelan
Meskipun merupakan perkembangan lebih lanjut Ketoprak Lesung akan tetapi fungsi pertunjukan Ketoprak Gamelan ini tidak berubah, yaitu sebagai hiburan bagi masyarakat, yang kadang-kadang menyelipkan penerangan penerangan dari pemerintah kepada mereka.
Hanya saja ceritera yang dimainkan dalam Ketoprak Gamelan ini lebih banyak diambil dari ceritera babad tentang kerajaan-kerajaan yang pernah ada, terutama di Jawa. Untuk mementaskan Ketoprak diperlukan pendukung sebanyak kurang lebih 34 orang pemain, penabuh gamelan, waranggana, dan dalang.
Lama pertunjukan untuk setiap pementasan mencapai 7 sampai 8 jam, dan bisa dilakukan baik siang maupun malam hari. Dalam pertunjukan Ketoprak ini para aktor biasanya berpedoman pada naskah singkat yang dibuat oleh dalang. Naskah ini hanya memuat pedoman tentang adegan apa saja yang harus ditampilkan dari inti dan ceritera yang dipentaskan. Dialog, blocking dan lain-lain permainan di panggung sepenuhnya dilakukan oleh pemain secara improvisasi. Ketoprak ini menggunakan alat musik yang berupa gamelan Jawa lengkap pelog dan slendro, atau slendro saja.
Para pemain Ketoprak memakai kostum dan make up yang bersifat realis sesuai dengan peran dan waktu ketika mereka tampil. Tempat pertunjukan berupa pentas berbentuk panggung dengan dekorasi (latar belakang) yang bersifat realis (sesuai dengan lokasi kejadian, misalnya di hutan, di kraton dan lain-lain). Demikian juga dialog yang diucapkan para pemainnya.
Ketoprak Gamelan dapat dikatakan sebagai drama tradisional yang biasanya mengambil ceritera tentang kerajaan-kerajaan tempo dulu. Sebelum permainan utama ketoprak di mulai, biasanya disuguhkan terlebih dahulu pertunjukan extra berupa tari-tarian yang tidak ada hubungannya dengan ceritera yang akan dimainkan.

D.    Pernaskahan
Menurut S.H. Mintarja dalam buku Ketoprak Orde Baru, Pada awalnya naskah ketoprak merupakan catatan-catatan saja yang ditulis dalang di papan tulis yang digantungkan di dalam ruang pemain, sehingga para pemain dapat membacanya. Setelah dalang menuangkan cerita kepada para pemain, maka agar para pemain tidak lupa, sang dalang menulis beberapa catatan. Catatan tersebut mencakup: urutan adegan, nama pemeran di dalam cerita, dan persoalan pokok yang harud diucapkan pemain.
Ketoprak juga merupakan drama yang naskahnya wajib menggunakan bahasa jawa. Entah itu bahasa jawa kuna atau bahasa jawa masa kini, ketoprak wajib menggunakan bahasa jawa. Seperti tulisan Handung Kus Sudaryanto dalam buku Ketoprak orde baru mengatakan bahwa sejak kelahiran ketoprak seputar tahun 1887, bahasa yang digunakannya adalah jawa.
Naskah ketoprak atau naskah drama apapun pada umumnya ditulis oleh skenografer. Menurut buku Menjadi Skenografer dari Citra Smara Dewi hal. 55, kemampuan yang harus dimiliki seorang skenografer yaitu:
1.              Kreatif
2.              Kemampuan Visualisasi
3.              Penguasaan Ruang
4.              Mampu bekerja dalam tim
5.              Menguasai teknologi
6.              Memahami seni budaya.
Kemampuan tersebut wajib dimiliki oleh skenografer atau para penulis naskah menurut Citra Smara Dewi. Dalam menulis naskah hal-hal yang perlu dipersiapkan (Asura, 2005:9) sebagai berikut:
1.      Menangkap Ide.
Ide atau gagasan ibarat barang produksi di sebuah pabrik, bisa diusahakan terus mengalir untuk menjaga rantai produksi agar tetap berlangsung.


2.      Dari Ide ke Dalam Cerita
Tuang ide tersebut ke dalam gagasan dan susun dengan baik, sebelum kemudian disusun menjadi naskah yang sempurna.
Seni peran atau acting juga harus didalami dalam pementasan ketoprak. Akting yang baik akan membuat baik pula pementasan. Sehingga penonton diharapkan menyukai pementasan ketoprak tersebut. Ada bebera hal yang harus diperhatikan dalam peran. Diharapkan dapat memberikan umpan balik yang baik bagi penonton. Yang diperlukan dalam peran ketoprak yaitu:
1.      Bakat
Sepatutnya diyakini bahwa bakat berhubungan besar dengan sesuatu yang nyata dan ada secara khusus dalam diri seseorang secara pribadi (Tambayong, 2000:10)
2.      Kemauan
Adalah melalui kemauan, bakat diuji dengan gambaran semangat dan gairah untuk sekurangnya mengkaji kecenderungan-kecenderungan mendekatkan diri pada kesenian, lantas terlibat dalam kegiatannya, dan akhirnya berkesenian secara sukarela, sukahati, senang. (Tambayong, 2000:11)
3.      Latihan
Bakat seseorang dapat diasah secara terus menerus setiap hari sehingga dapat menjadi ahli.



1.      Ketoprak adalah sebuah bentuk teater yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan. Pelaku-pelakunya terdiri dari pria dan wanita
2.      Kesenian ini lahir sekitar tahun 1920 di Solo, namun mencapai puncaknya di Jogja pada sekitar tahun 1950an.
3.      Ketoprak  terbagi dua yaitu ketoprak lesung dan ketoprak gamelan




3 komentar: